Minggu, 04 Juni 2017

Mualaf Juga Islam

 "Aku kagum dengan para Mualaf yang lebih giat belajar Islam"
Nur Afiah sahabat hingga JANNAH


Setiap kali kita akan mengambil sebuah keputusan adalah memikirkan dampak baik dan buruk apa yang akan kita dapat nanti, ntah itu dari keluarga, teman, dan orang orang terdekat lainnya.
Kali ini aku akan membagikan sebuah pengalaman pribadi dari salah seorang teman terdekat aku saat di bangku SMA. Saat ingin mengangkat cerita ini sebenarnya aku agak sedikit ragu, tapi karena sudah merasa siap dengan respon seperti apa yang akan datang. nah yok kita pantengin (hehe.. yok di bantu yaa di bantu)

Bismillah...
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh...
Di cerita kali ini aku mau bahas tentang mualaf. Setelah mencoba mencari sumber yang terpercaya, akhirnya aku ketemu sama teman sekolah ku dulu, Apkhir Riani Mendrofa namanya, atau yang sering akrab kami panggil anie.
Dia adalah gadis berdarah nias asli, aku mengenal anie tahun 2010 lalu saat pendaftaran sekolah, anaknya ramah, dan mudah beradaptasi. Badannya kurus kulitnya putih seperti keturunan berdarah nias pada umumnya, rambutnya panjang kepang dua.

Anie anak bungsu dari tujuh bersaudara, terlahir dari keluarga yang sangat taat beragama ayahnya seorang pendeta di salah satu gereja terbesar di daerahnya, memiliki dua saudara laki laki salah satunya adalah guru sekolah minggu yang mengajarkan tentang agama kepada anak anak tentang ilmu agama, alkitab, dan lainnya dan yang satunya lagi bersekolah di STT atau sekolah pendeta. "kami keluarga yang bisa di bilang sangat rajin beribadah ke gereja karena takut tuhan, kecuali ibu yang hanya setahun sekali ke gereja karena ibu pernah bilang kalau gereja adalah sebuah tempat, yang penting kita ber doa selalu", jelas anie pada ku.

Sejak kecil ayah Anie meninggal dunia, dan di tahun 2003 Anie dan saudaranya juga harus kehilangan ibu nya meninggal dunia, setelah saat itu anie dan saudara saudara kandungnya seperti memiliki kehidupan masing masing. Di tahun 2007 kakak kandungnya yang paling tua menikah dengan dengan pria beragama islam keturunan Aceh, dan semenjak itu sang kakak tidak di terima di keluarganya, pada saat itu keluarga besar Anie sangat fanatik dengan islam. Hingga padal bulan Jili 2007 anie dan kedua saudarnya yang lain memutuskan untuk pergi dan bersekolah di Medan. Di Medan Anie tinggal di sebuah yayasan  bernama "Yayasan Kinder Freude" yang artinya yayasan anak gembira. Awalnya yayasan ini untuk anak korban Tsunami Aceh akan tetapi donatur dari Jerman tempat ini jadi umum dan untuk pertama kalinya Anie memiliki teman beragama islam, Yolanda Mutiara namanya atau yang akrab di panggil lala, gadis berdarah Aceh yang "kental".

"Darah lebih kental dari pada air” kata anie. Terlahir dari keluarga yang keras kepala menentang islam.  Anie sering berdebat dengan temannya perkara tentang agama karena saat itu anie sudah bisa menjabar kan kandungan isi dari alkitab. Tahun 2010 Anie dan aku bertemu di sekolah kejuruan dan mendaftar di jurusan yang sama, di sini lah awal Anie mengenal nilai islam karena memang siswanya alhamdulillah bermayoritas muslim, itu pun kami masih sering berdebat tentang agama. Lucu sebenarnya kalau di ingat lagi, saat awal Anie penasaran dengan isi buku tafsir Qur'an di perpustakaan, dan sejak itulah perlahan perdebatan tentang agama di kelas mulai kami tinggal kan dengan saling menghargai perbedaan keyakinan satu sama lain, saat acara natal di sekolah kami mengingatkan Anie agar tetap ikut serta pun begitu sebaliknya. Di kelas aku, Anie punya "gank" yang jumlah nya enam orang, di sini Anie yang termasuk paling kecil. bukan karena usianya yang paling muda tapi karena aura anak bungsunya yang paling terasa *haha*.

Perlahan Anie mulai tertarik dan menanggalkan nilai kebencian fanatik nya pada islam. Berawal dari rasa penasaran, penasaran rasanya menggunakan baju yang serba tertutup dan menggunakan jilbab, bersilaturrahmi, berbaur dan menerima dalam bermusyawarah. "Islam itu indah" jawaban yang selalu Anie lontarkan bila di tanya tentang islam, dia juga tidak pernah bisa menjabarkan keindahan islam yang dia lihat dan rasakan sekarang.

(disini aku kehabisan juga untuk menjabarkan kenikmatan, keindahan islam yang Allah beri, segala puji bagi mu Allah)

Perasaan cinta Anie terhadap islam saat ia sering belajar alkitab dan membandingkannya dengan Qur'an hingga perasaan Anie ingin memeluk agama islam muncul di kelas 2 SMK akan tetapi perasaan itu coba dia simpan karena ketergantungan hidup masih di tanggung oleh saudara laki laki nya, pada intinya Anie ingin menjadi seorang muslim karena hati nya terpanggil ingin memeluk islam.
 
Bukti Anie sah menjadi seorang Muslimah dan Anie mendapat nama baru "nur afiah"
Anie sah memluk agama islam sejak tanggal 18 Agustus 2014. Namun ini bukan hal yang mudah untuk Anie setelahnya teringat pada 2013 yang lalu kakak nya menikah dan masuk islam lalu menjadi sasaran kebencian abang tertuanya, dimana sang kakak harus pergi dari rumah bersama suaminya sementara waktu. Di tahun yang sama Anie pun memutuskan untuk pergi dari rumah dan akhirnya memeluk agama islam, Untuk pertama kali Anie menjalankan ibadah puasa seperti muslim pada umumnya, dan satu hal yang pasti Anie memutuskan masuk islam karena Allah dan keinginannya sendiri.

Meski merasa tak sempurna, Anie mau belajar sekarang dia bisa sholat beserta dengan bacaanya, berpuasa sebagaimana seorang muslim sejati, bahkan Anie sekarang mulai belajar membaca Al-Qur'an. Untuk Anie memeluk dan mempelajari agama islam mempunyai kesenangan dan kebahagiaan tersendiri ia merasa lebih baik dan tenang, dimana dalam keadaan apapun akan ada yang menenangkan seperti saat marah menguasai kita hany beristighfar agar tenang, saat sedang mengenakan hijab jadi lebih bisa menjaga icapan dan kelakuan. Walau pun sampai sekarang tanggapan negatif masih Anie terima dari keluarganya yang mengatakan ia menjual agamanya yang Tuhannya karena seorang laki laki, ada juga yang mengatakan kalau dia sudah menikah dan banyak lagi ucapan negatif yang harus dia terima. Awalnya keluarga Anie sangat marah terutama saudara laki laki nya yang menurut Anie adalah manusia paling fanatik akan kebenciannya pada islam dia rela membayar orang lain hanya untuk mencari Anie dan memutuskan semua hubungan dengan Anie dan kakak nya.

Anie selalu berfikir, jika kedua kakak kandungnya saja bahagia dengan pilihannya dan mereka tetap hidup bahagia tanpa keluarga kenapa aku (Anie) tidak. Meskipun sekarang melihat pemberitaan tentang islam membuatnya ikut sedih karena setiap pihak terlihat saling menjatuhkan. Tapi karena kecintaan Anie pada islam ia tidak mau hanya karena sebuah ucapan yang beralasan bela islam akan membuat agama yang oa peluk saat ini hancur dan menjadi jelek di mata orang. "Aku pernah memeluk memeluk agama kristen, dan buat ku ya agamaku, dan agamu ya agamamu.Kita bisa jalani agama kita sebaik yang kita bisa" tegas Anie.

Anie memiliki pesan untuk para mualaf seperti dia agar bisa saling belajar tentang keindahan islam dan menghindari orang orang yang punya sifat fanatik kebencian pada islam, mencegah perdebatan tentang agama islam dengan lainnya, yang kita harus lakukan membuktikan bukti nyata kindahan agama islam. Dan tanggapan negatif tentang menjadi seorang mualaf tidak perlu di beri tanggapan karena mereka tidak tahu apapun keinginan kita (mualaf).

"saat hati berbicara maka ingat lah Allah tidak pernah bbm kamu untuk hal yang baik tapi Allah titipkan di hati kamu. membuatmu menegrti bahwa hati mu milik Allah. Dia tahu mana yang terbaik"

Akhir perbincangan Anie menceritakan juga tentang proses dia menggunakan jilbab meskipun belum Istiqomah katanya. Sekarang Anie bekerja di salah satu perusahaan swasta, alhamdulillah selama bekerja Anie mengenakan hijabnya dengan baik dan sebaliknya bila ia di luar jam kerja. Meskipun banyak yang bilang percuma dan sia sia dengan proses hijab nya Anie tetap semangat menjalankan kewajiban nya dan belajar menjadi sorang muslimah yang Sholeha.

Mengulas tentang pribadi teman ku di atas, teringat sebuah hadist :
"setiap anak dilahirkan dalam kedaan fitrah, kecuali orang tuanya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani Atau Majusi." (HR.Bukhari 1296).
Dan di Al-baqarah ayat 256 juga sudah di jelaskan bahwa tidak ada paksaan dalam menganut agama islam.
Jadi, jika kita punya teman seorang mualaf, silahkan ajak dan belajar agama bersama agar menjadi sahabat dunia hingga Jannah kelak. Aamiin.

3 komentar: